JAKARTA | Dr Parameswaran, ilmuwan bawang merah terkemuka asal India yang datang ke Jakarta bersama delegasi India lainnya menghadiri Trade Expo Indonesia (TEI) ke-39, sempat berkunjung ke Brebes pada hari Sabtu dan Minggu, 12/13 Oktober 2024, didampingi Siuaji Raja, mantan pejabat Kementerian Luar Negeri RI dan Fahri Lubis, pengamat sosial ekonomi pertanian.
Tim melakukan survei dan diskusi mengenai peningkatan varietas benih bawang merah sejati (True Shallot Seed/TSS) kualitas ekspor dengan para petani di Balai Desa Karanglo, Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes; di kesempatan mana juga hadir tujuh kepala desa setempat.
Dalam dialog dan diskusi dengan para petani, Dr Param yang telah melakukan penelitian tentang bawang merah selama 40 tahun di India, memandang perlu memberikan informasi terkini tentang penggunaan benih (seed) bawang merah dengan hasil panen bawang yang lebih banyak dan berbiaya rendah, disertai penerapan teknologi yang lebih tepat kepada para petani setempat yang selama ini memanfaatkan umbi bawang merah untuk bercocok tanam.
Benih bawang merah bibit yang dikembangkan melalui persemaian di lahan seluas 1000 kaki per segi untuk satu hektar tanah memerlukan waktu sekitar 45 hari dengan biaya tanam yang lebih murah karena hanya membutuhkan 4 kg benih dengan harga benih senilai Rp 6 juta per hektar. Sementara itu, penanaman dengan umbi bawang merah yang harganya mencapai Rp 35.000 per kg membutuhkan 1,2 ton benih per hektar dengan biaya sekitar Rp 40 juta atau sekitar 50% dari keseluruhan biaya yang dibutuhkan. Dengan demikian menggunakan benih jelas lebih menguntungkan bagi petani karena biayanya lebih murah, apalagi bawangnya juga lebih besar dan hasilnya pun lebih banyak.
Dr Parameswaran telah mengembangkan varietas unggul bawang merah kualitas ekspor di Tamil Nadu, negara bagian India Selatan, yang secara historis memiliki hubungan budaya dan maritim dengan kerajaan-kerajaan di Jawa dan Sumatra. Negara bagian Tamil Nadu merupakan produsen utama bawang merah di India yang diketahui rasa bawang merahnya hampir sama dengan bawang merah yang dihasilkan di Indonesia.
Dr Param mengusulkan dicobanya suatu program percontohan bekerja sama dengan instansi pemerintah terkait dan petani bawang merah serta pihak swasta yang bergerak di bidang hortikultura. Upaya ini tentunya akan turut mendukung visi dan misi Asta Cita Presiden RI ke-8 dalam program ketahanan pangan menuju swasembada pangan di Indonesia, termasuk tentunya dalam menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya di kalangan petani bawang merah.
Kunjungan dan survei yang dilakukan Dr Parameswaran dan tim selama dua hari di Brebes mendapat apresiasi dari para petani bawang merah yang mendukung pelaksanaan program percontohan uji coba dengan mengadopsi varietas bawang merah unggul India di Indonesia dengan tuntunan bagi transfer teknologinya sekaligus, hal mana tentunya memerlukan langkah-langkah strategis dan tindakan bersama dari semua pemangku kepentingan (stakeholders).
Hal tersebut di atas disampaikan oleh tim Dr Param kepada awak media melalui telepon seluler.
Lipsus: Jalal